Minggu, 02 Januari 2011

Sejarah bacaan Al qur'an di Tunisia

Sejarah bacaan Al qur'an di Tunisia

Bagi orang yang pernah plesir ke Tunisia atau pergi haji pasti akan mendengarkan bacaan masyarakat tersebut yang memiliki perbedaan pada umumnya. Secara garis besar variasi tersebut mengikuti bacaan nafi' yang meliputi dua perawi Qolun dan Warsy, berbeda dengan mayoritas orang yang menggunakan riwayat Hafs dari Asim.

Namun asal muasal kebudayaan islam di sana tidak berasal dari Tunisia melainkan Qoiruwan. Salah seorang prajurit muslim yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah tersebut adalah Uqbah bin nafi' ( beliau lahir pada era nabi tapi menurut versi yang kuat tidak termasuk sahabat ). Pada tahun 50 H uqbah membangun kota ini untuk pertama kali yang di gunakan sebagai tempat persinggahan para prajurit saat Invasi. Pada saat ini ada beberapa nama yang termasuk pembaca Al Qur'an seperti Abu Mansur Al Farisi.

Sesudah Uqbah bin Nafi' datanglah Hassan bin Nu'man yang selanjutnya diikti Musa bin Nushair. Di tangannya mulailah beberapa terobosan baru yang tidak terkhusus pada Al qur'an. Namun perkembangan yang bagus terjadi pada masa Umar bin Abdul Aziz dimana beliau mengirimkan dua belas pengajar Al Qur'an, salah satunya bernama Ismail bin Abid Al Ansori pendiri masjid Al Qoiruwan.

Abad kedua menjadi masa keemasan karena di Qoiruwan muncul nama-nama hebat semisal bahlul bin Rasyid, Abdullah bin Abi Hasan, dan Muawiyah bin Shamadih. Sebagaimana halnya cendekiawan cendekiawan lain yang berkunjung ke Qoiruwan dan menyebarkan ilmunya di sana seperti Yahya bin Salam, Ibrahim Muhammad Al Syaibani dan Abu Sulaiman ( muridnya Al Kisa'i ).

Pada abad ketiga muncullah sekolahan yang diasuh Abi Abdillah Muhammad bin Umar Ibn Khoirun Al Andalusy yang selanjutnya diserahkan kepada Abu Bakr bin Saif dan ismail bin Abdillah Al Nahhas. Ibnu Khoirun kemudian mendirikan masjid di Qoiruwan, melalui masjid inilah bacaannya ( qira'at ) nafi' menjadi popular dan dikemudian hari menjadi bacaan resmi negara setelah Qodli Abu Abbas Abdullah bin Thalib memerintahkan Muhammad bin Burghuts Al Qorwy untuk tidak mengajarkan Al qur'an selain versi Nafi'.

Bisa disimpulkan Ibn Khoirunlah yang awal mulanya mempopulerkan riwayat Warsy dari Nafi melalui Thoriqoh dari riwayat Al Azroq. Variasi ini kemudian mendapat otoritas penuh dari Al qadli Abu Al Abbas Abdullah bin thalib yang memerintahkan Muhammad bin Burghuts hanya mengajarkan bacaan Nafi'.

Selain Ibnu Khairun ada satu nama lagi yang cukup popluer di kalangan para pengajar Al qur'an pada kurun waktu tersebut. Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin sufyan al Qoiruwany Al Maliki yang namanya terkenal di pesisir Afrika utara. Banyak murid muridnya kemudian menjadi imam serta rujukan dalam wacana Al Qur'an seperti Al Husary, Ibnu Balimah, Atiq bin Ahmad.

Satu catatan penting yang diutarakan Ibn Al Jazari dalam " ghoyah al nihayah " nya, sebelum kedatangan Ibnu Khoirun ke Qoirwan masyarakat setempat lebih condong ke variasi hamzah yang notabene mengikuti aliran Kufah. Namun semenjak kedatangan Ibnu Khoirun hampir semua kaum muslim berbondong bondong menggunakan variasi Nafi' yang mencakup dua perawi, qolun dan Warsy. Bahkan bacaan Hamzah pun pada akhirnya tergeser di mata masyarakat sampai akhirnya pemerintah melakukan justifikasi dengan tidak mengajarkan Al qur'an selain versi Nafi'.

Membaca Al qur'an tidak hanya bernilai positif bagi pembaca yang bersangkutan namun juga melahirkan arah berbudaya masyarakat tersebut. Terkadang suatu ketika muncul pergeseran paradigma yang berimbas pada akulturasi dan terus berlangsung sampai sekarang.